

Dari Dapur Kecil ke Dunia: Kenapa UMKM Harus Punya Nama Brand
Di sebuah dapur kecil di pelosok Jawa Barat, seorang ibu setiap pagi mengolah sambal racikannya.
Bahan-bahan segar, resep warisan keluarga, dan tangan yang penuh cinta membuat sambal itu selalu habis diburu tetangga.
Tapi, saat salah satu pelanggan berkata, “Bu, ini sambalnya enak banget. Apa brand-nya ya? Biar saya rekomendasikan ke teman di Jakarta,”
sang ibu hanya tersenyum, lalu menjawab pelan, “Belum ada nama brand-nya, Bu…”
Cerita ini sering sekali kita dengar. Produk UMKM kita berkualitas, lezat, unik, bahkan
lebih unggul dari brand besar. Tapi sayangnya, banyak yang tidak punya nama brand. Akibatnya, orang luar
tidak tahu harus mencari dengan kata kunci apa, dan tidak bisa membedakan produk kita dari yang lain.
Nama Brand Itu Identitas
Nama brand bukan sekadar label. Brand adalah wajah dari produk kita—yang akan diingat, dicari, dan dipercaya oleh konsumen.
Bayangkan kalau rendang kita masuk pasar Arab, atau keripik pisang kita masuk minimarket di Singapura—tapi tidak ada logo, tidak ada nama, tidak ada cerita.
Bagaimana konsumen akan mengenalinya?
Bedakan: Nama Brand vs Nama Perusahaan
Kadang, nama brand berbeda dengan nama perusahaan. Misalnya:
- Brand: Kopi Halu, Keripik RasaNusa
- Nama perusahaan (legalitas): CV Berkah Tani Sejahtera
Yang dikenal masyarakat adalah nama brand-nya. Maka itulah yang harus dibangun sejak awal.
Pasar Luar Negeri Butuh Keyakinan
Menjelang TEI 2025, kita harus bersiap bukan hanya dari sisi rasa, tapi juga identitas produk dan kepercayaan.
Buyer luar negeri akan bertanya:
- Siapa pemilik brand ini?
- Apakah bisa memasok rutin?
- Apakah produknya konsisten?
- Apakah legal dan bisa diekspor?
Tanpa nama brand yang kuat, produk kita akan terlihat seperti produk generik tanpa keunikan.
Langkah Mudah Membangun Brand
- Pilih nama yang khas, mudah diingat, dan punya cerita.
Contoh: “Sambel Ndeso RasaNusa”, “Teh Daun Harum”, “Kopi Gunung Langit”. - Gunakan di semua kemasan dan media sosial.
Supaya konsumen bisa mengenali dan mencari brand kita secara online. - Buat logo dan visual sederhana.
Bisa pakai Canva, atau bantuan desainer lokal. - Daftarkan brand dan usahanya secara legal.
Miliki NIB dan mulai proses pendaftaran merek ke DJKI (jika memungkinkan).
Kualitas Adalah Nyawa Brand
Nama brand adalah janji. Tapi yang membuat orang kembali membeli adalah rasa yang konsisten,
kemasan yang layak jual, dan layanan yang ramah dan profesional.
Penutup: Dari TEI Menuju Dunia
Banyak brand besar lahir dari dapur kecil. Tapi mereka punya mimpi besar, identitas yang kuat,
dan komitmen jangka panjang untuk menjaga kualitas.
Kalau hari ini kita masih menjual tanpa brand,
besok kita akan mudah dilupakan.
Tapi kalau hari ini kita mulai membangun nama brand,
besok brand itulah yang akan membawa produk kita ke pasar dunia.
Ditulis untuk sahabat UMKM hebat di grup TEI 2024, sebagai bekal menuju TEI 2025 dan pasar global.
Ditulis dan dibagikan oleh Roni Rustanto, founder & editor BogorKotaku.com — sebuah media lokal yang mendukung UMKM dan pariwisata Bogor ke tingkat global.
Roni Rustanto, CPB adalah Agen Properti Independen sekaligus Penulis & Editor di BogorKotaku.com, yang memiliki hasrat mendalam pada cerita-cerita lokal dan membumikan kisah dari Bogor serta sekitarnya.
Tentang Penulis
Saya percaya bahwa setiap tempat punya cerita, dan setiap cerita pantas untuk diabadikan. Melalui BogorKotaku.com, saya merangkai kisah-kisah dari Bogor dan sekitarnya: tentang gaya hidup, sejarah, tokoh lokal, kopi, hingga seni dan budaya.
Tujuan saya sederhana: menyampaikan cerita yang jujur, membumi, dan bisa membangun kedekatan dengan pembaca.
Selain menulis, saya juga agen properti yang aktif membantu keluarga menemukan tempat tinggal terbaik — karena rumah bukan cuma soal lokasi, tapi juga soal harapan dan ketenangan jiwa.
Yuk, kita bertukar inspirasi di @ronirustantorealtor.
