Pak Wahid: Diam yang Bekerja, Sunyi yang Menghidupi

Pak Wahid: Diam yang Bekerja, Sunyi yang Menghidupi

Di sudut kampung yang tak ramai di peta digital, berdirilah sebuah rumah sederhana. Di dalamnya, hidup seorang lelaki tua yang tak banyak bicara, namun setiap geraknya adalah pelajaran. Namanya Pak Wahid.

Tak ada papan nama usaha, tak ada baliho iklan. Namun tetangganya tahu, ia bukan sekadar pensiunan biasa. Setiap pagi, tangan tuanya sibuk meracik sambal pesanan warga. Setiap sore, ia menganyam ulang kejujuran dalam kantong plastik kecil berisi barang dagangan.


“Orang tua itu kalau janji, insyaAllah pasti ditepati,” kata Bu Marni, pelanggan setianya.

Ya, Pak Wahid adalah jenis manusia yang langka. Ia tak memposting pencapaiannya, tapi hidupnya adalah karya. Ia tak pernah hadir di seminar motivasi, tapi hidupnya memotivasi.


Filosofi Diam

Pak Wahid percaya: “Air yang tenang bisa membawa kapal besar.” Maka ia tidak banyak berkata, tapi setiap sambalnya bercerita. Bukan soal pedasnya, tapi tentang keikhlasan. Tentang ketulusan melayani, walau tubuhnya sering digerogoti usia.

Bagi anak muda, ia mungkin tak menarik. Tak punya Instagram bisnis. Tak punya TikTok resep viral. Tapi bagi mereka yang melihat dengan hati, Pak Wahid adalah narasi hidup tentang kerja keras yang tenang namun nyata.


Pembeda Itu Bukan Viral

Di era konten serba cepat, kisah seperti Pak Wahid mungkin luput dari headline. Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Ia membuktikan, bahwa konsistensi lebih kuat dari kegaduhan, dan profesionalisme bisa hidup dalam diam.

Ia tidak menjual janji, tapi menepati amanah. Tidak mendongakkan kepala, tapi tetap memberi manfaat.


Membayangkan Masa Depan

Bayangkan jika ada 1000 Pak Wahid di Bogor. Kota ini tidak hanya sejuk karena kabut pagi, tapi juga hangat karena keteladanan.

Dan di balik senyumnya yang diam-diam, Pak Wahid seolah berkata kepada kita semua:

“Tak perlu menunggu besar untuk mulai memberi. Cukup setia pada yang kecil, maka Allah yang akan membesarkan.”

Begitulah Pak Wahid — diam, tapi menggugah. Tak banyak bicara, tapi mengubah. Tak memaksa kita percaya, tapi meninggalkan jejak yang tak mudah dilupa.

Terima kasih, Pak Wahid. Karena telah mengajarkan bahwa dalam dunia yang bising, kita masih butuh orang-orang seperti Anda.

Roni Rustanto

Roni Rustanto, CPB

Agen Properti Independen & Penulis Kisah Inspiratif

Tentang Penulis

Saya percaya bahwa setiap orang punya cerita. Lewat BogorKotaku.com, saya ingin merangkai kisah-kisah kecil dari sudut Bogor dan sekitarnya yang bisa menyentuh hati, memberi makna, dan menumbuhkan semangat hidup.

Selain menulis, saya juga agen properti yang aktif membantu keluarga menemukan tempat tinggal terbaik — karena rumah bukan cuma soal lokasi, tapi juga soal harapan dan ketenangan jiwa.

Yuk, kita sambung cerita di @ronirustantorealtor

Related Post "Pak Wahid: Diam yang Bekerja, Sunyi yang Menghidupi"