Ciri Khas Rumah Orang Sunda Bogor dan Pilosofinya

Ciri Khas Rumah Orang Sunda Bogor dan Filosofinya

Rumah Adat Sunda Bogor
Ilustrasi Rumah Adat Sunda. Dokumentasi Kampung Urug atau Sindang Barang disarankan untuk akurasi budaya.

Bogor tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan sejarah kolonialnya, tetapi juga karena akar budaya Sunda yang masih kental, termasuk dalam bentuk arsitektur rumah tradisional. Rumah-rumah Sunda di wilayah Bogor bukan hanya soal bentuk fisik, tetapi juga simbol filosofi hidup masyarakatnya yang penuh kearifan lokal.

1. Rumah Panggung: Harmoni dengan Alam

Rumah panggung masih dapat ditemukan di wilayah seperti Kampung Urug (Sukajaya) dan Sindang Barang (Ciapus). Posisi rumah yang ditinggikan mencerminkan sikap hidup “leumpang dina galur” – berjalan dalam jalur, tidak merusak dan tidak semena-mena terhadap alam.

“Di Kampung Urug, setiap rumah dibangun tanpa semen atau paku, melainkan memakai pasak kayu. Ini bukan hanya teknik, tapi bentuk syukur pada alam.”

Pak Darsa, sesepuh Kampung Urug

2. Atap Julang Ngapak: Simbol Keterbukaan

Bentuk atap julang ngapak menyerupai sayap burung, tampak menonjol di Kampung Budaya Sindang Barang. Atap melebar ke samping menyiratkan kebebasan dalam berpikir dan menerima tamu dengan penuh kehangatan.

Filosofi: “Sahate jeung sasama” – sejiwa dengan sesama.

3. Material Ramah Lingkungan

Material bambu dan kayu dipilih bukan hanya karena mudah didapat, tetapi juga karena sifatnya yang ringan dan alami. Ini mencerminkan prinsip Sunda: “Sauyunan jeung alam” – hidup berdampingan dan tidak melawan kodrat alam.

Di kawasan pedesaan seperti Leuwiliang dan Jasinga, rumah bambu masih digunakan karena tahan gempa ringan dan sejuk alami.

4. Kesederhanaan Tata Ruang

Rumah Sunda umumnya tidak mengenal kemewahan. Penataan ruangan efisien dan terbuka menunjukkan ajaran “teu gede catur, tapi jembar rasa” – tidak banyak bicara, tapi luas dalam rasa.

5. Menghadap Alam Terbuka

Banyak rumah Sunda di dataran tinggi seperti Cigombong atau Pamijahan menghadap langsung ke alam terbuka. Ini bukan kebetulan, melainkan mencerminkan rasa syukur dan kedekatan spiritual terhadap alam dan Sang Pencipta.

6. Tanpa Sekat Kaku

Rumah Sunda tradisional tidak menggunakan sekat permanen. Ruangan multifungsi menekankan kebersamaan dan gotong royong.

“Kami tidak mengenal ruang pribadi seperti sekarang. Semua anak belajar sopan karena semua terlihat.”

Bu Euis, warga Ciawi

Pelestarian dan Masa Depan

Upaya pelestarian rumah adat dilakukan oleh komunitas budaya seperti Sindang Barang dan Kampung Urug. Di tengah modernisasi, nilai-nilai ini tetap relevan—mengajarkan hidup hemat, selaras dengan alam, dan menjunjung tinggi nilai sosial.

Penutup

Rumah Sunda Bogor bukan sekadar bangunan fisik. Ia adalah simbol filosofi hidup masyarakat Pasundan yang lembut, bersahaja, dan penuh makna. Di era modern ini, semoga kita tetap bisa mengambil nilai-nilainya sebagai warisan tak ternilai dari leluhur.


Ditulis oleh: Tim BogorKotaku
Foto dan dokumentasi tambahan: Tim Lapangan Kampung Urug & Sindang Barang

Ingin mengunjungi rumah adat Sunda di Bogor?

Related Post "Ciri Khas Rumah Orang Sunda Bogor dan Pilosofinya"