

đź§’ Kasus Anak Merokok di Sekolah dan Guru yang Ditampar Hukum
Oleh: Roni Rustanto | bogorkotaku.com
Belakangan ini publik dikejutkan oleh sebuah peristiwa di Banten. Seorang anak sekolah yang kedapatan merokok, ditampar oleh kepala sekolah wanita. Anak itu lalu mengadu ke ibunya, dan sang ibu melapor ke polisi. Akibatnya, kepala sekolah tersebut dinonaktifkan oleh gubernur.
Sekilas, kasus ini terlihat sederhana: guru menampar – orang tua melapor – guru disanksi.
Namun jika ditarik lebih dalam, ada persoalan besar yang sebenarnya sedang kita hadapi sebagai bangsa.
🔥 Anak yang Merasa “Kebal Aturan”
Anak yang berani merokok di lingkungan sekolah biasanya bukan pertama kali melanggar. Ia bisa berani karena merasa punya perlindungan, entah dari orang tuanya, lingkungannya, atau karena sistem sekolah yang lemah dalam penegakan disiplin.
Padahal sekolah bukan tempat bebas, tapi ruang pembentukan karakter.
👨‍👩‍👦 Peran Orang Tua yang Sering Terbalik
Ironisnya, ketika anak melanggar, sebagian orang tua bukan merangkul sekolah untuk mendidik anaknya — tapi justru membela habis-habisan.
Pesan yang tertanam pada anak:
“Kamu nggak akan kena apa-apa, Mama/Papa akan lindungi.”
Ini sangat berbahaya. Karena saat anak belajar bahwa aturan bisa dilawan dengan “kuasa”, maka masa depannya sendiri yang sedang dipertaruhkan.
🧑‍🏫 Guru Bukan Musuh, Tapi Sekutu
Kita sering lupa: guru bukan lawan orang tua.
Guru adalah perpanjangan tangan untuk membentuk akhlak, karakter, dan masa depan anak-anak kita.
Apabila setiap tindakan guru selalu dibenturkan dengan hukum tanpa konteks, maka sekolah akan kehilangan wibawanya. Guru akan takut menegur, sementara anak semakin berani melanggar.
⚖️ Tindakan Kekerasan Memang Salah, Tapi Konteks Tak Bisa Dibuang
Benar, menampar siswa tetap salah secara hukum. Tapi konteks kejadian harus dilihat utuh. Tidak ada guru yang tiba-tiba menampar tanpa alasan atau tanpa akumulasi kesabaran yang sudah habis.
Di sinilah pentingnya kebijakan yang adil, bukan sekadar reaktif.
🌱 Bogor & Indonesia Butuh Orang Tua yang Jadi Mitra Sekolah
Kota kita tercinta, Bogor — dan Indonesia secara umum — tidak akan bisa membentuk generasi kuat jika:
- Anak-anak merasa bebas melanggar aturan,
- Orang tua sibuk membela bukan mendidik,
- Dan sekolah kehilangan kewibawaannya.
Mendidik anak bukan hanya tugas sekolah. Ini tanggung jawab bersama antara orang tua, guru, dan masyarakat.
📝 Opini ini ditulis sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan anak-anak kita, bukan untuk membenarkan kekerasan, tetapi untuk mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mendukung disiplin sekolah.
📍 Bogorkotaku.com — Suara Warga, Wajah Kota.

WRITER
Roni Rustanto, CPB
Kapten Bogorkotaku & Consultan Property
