

Ketika Kata-Kata dan Tindakan Tak Lagi Satu: Sebuah Renungan tentang Kepemimpinan yang Jujur
Pagi itu, udara di kantor terasa berat.
Rina, manajer muda yang biasanya ceria, duduk termenung di mejanya. Layar komputernya masih menampilkan draft presentasi yang belum selesai. Tapi bukan deadline yang membuatnya gelisah. Matanya tertuju pada secarik kertas di samping keyboard—sebuah surat pengunduran diri dari Andi, anggota tim terbaiknya.
Rina menarik napas dalam. Kalimat itu mengingatkannya pada sesuatu yang ia abaikan terlalu lama.
“Kita Harus Kolaborasi!” (Tapi Sendiri Suka Kerja Sendiri)
Dua bulan lalu, di meeting tim, Rina bersemangat menyampaikan “kita harus lebih kolaboratif!”. Ia bahkan membuat slide cantik tentang teamwork. Tapi minggu demi minggu, ia tetap mengerjakan proyek penting sendirian, tanpa melibatkan tim. “Lebih cepat kalau saya yang kerjakan,” batunya dalam hati.
Apa yang terjadi? Anggota tim mulai ragu: “Ngapain kami berusaha kerja bareng kalau bos sendiri nggak melakukannya?”
“Deadline Itu Sacred!” (Tapi Bos Sering Telat)
Lalu ada rapat itu. Rina marah karena laporan tim molor. “Deadline itu sacred! Kita harus profesional!” serunya. Tapi beberapa orang menunduk, saling pandang. Mereka ingat, minggu lalu Rina membatalkan meeting dadakan karena “ada urusan keluarga”—tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Mereka tidak berani protes, tapi rasa hormat mulai terkikis.
“Feedback Selalu Dibuka!” (Tapi…”Jangan Banyak Kritik Ya”)
Rina sering bilang “saya open to feedback!”. Tapi saat Andi sekali saja menyampaikan “proses approval terlalu lama, Bu”, wajah Rina langsung berubah. “Iya, tapi kondisi saya kan beda, banyak meeting sama direksi,” balasnya defensif.
Tim pun belajar: “Feedback boleh, asal jangan menyentuh ego bos.”
Puncaknya: Kepercayaan yang Runtuh
Hari ini, surat Andi adalah titik balik. Rina akhirnya sadar: kepemimpinan bukan tentang kata-kata indah, tapi tentang alignment—keselarasan antara apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan.
Bagaimana Rina Memperbaiki Segalanya?
1. Minta Maaf (Dengan Tindakan Nyata)
Esok harinya, Rina mengumpulkan tim. “Saya sadar selama ini tidak konsisten. Mulai hari ini, saya berjanji akan mendengar lebih banyak dan bicara lebih sedikit.” Tapi ia tidak berhalti di kata-kata. Ia mulai:
- Mendelegasikan proyek penting (bukan cuma tugas remeh).
- Masuk tepat waktu, bahkan lebih awal.
- Membuat sesi feedback anonim agar tim benar-benar jujur.
2. Konsistensi: Bukan Sempurna, Tapi Berproses
Ada hari dimana Rina kembali terjebak kebiasaan lamanya. Tapi kali ini, ia mengakui: “Maaf, tadi saya tidak kolaboratif. Besok kita diskusikan lagi, ya.”
3. Tim yang Kembali Bersinar
Perlahan, Andi mencabut surat pengundurannya. Tim mulai berani berpendapat. Mereka tidak lagi melihat Rina sebagai “bos yang sok idealis”, tapi pemimpin yang human—tidak sempurna, tapi berusaha jujur pada nilai-nilainya sendiri.
Pelajaran untuk Kita Semua
Kepemimpinan bukan tentang being right, tapi tentang being real.
- Kata-kata tanpa tindakan = kebisingan.
- Tindakan tanpa kesadaran = hipokrasi.
- Tapi ketika kata dan perbuatan bersatu? Itulah momen ketika seorang leader benar-benar memimpin.
“Di area mana ucapan dan tindakan saya belum sejalan?”
Mulailah dari satu hal kecil. Karena seperti Rina, kita semua bisa berubah—asal mau jujur pada diri sendiri. ❤️
Roni Rustanto, CPB adalah Agen Properti Independen sekaligus Penulis & Editor di BogorKotaku.com, yang memiliki hasrat mendalam pada cerita-cerita lokal dan membumikan kisah dari Bogor serta sekitarnya.
Tentang Penulis
Saya percaya bahwa setiap tempat punya cerita, dan setiap cerita pantas untuk diabadikan. Melalui BogorKotaku.com, saya merangkai kisah-kisah dari Bogor dan sekitarnya: tentang gaya hidup, sejarah, tokoh lokal, kopi, hingga seni dan budaya.
Tujuan saya sederhana: menyampaikan cerita yang jujur, membumi, dan bisa membangun kedekatan dengan pembaca.
Selain menulis, saya juga agen properti yang aktif membantu keluarga menemukan tempat tinggal terbaik — karena rumah bukan cuma soal lokasi, tapi juga soal harapan dan ketenangan jiwa.
Yuk, kita bertukar inspirasi di @ronirustantorealtor.
Tips Trik Kepemimpinan Efektif
Tips & Trik dalam Leadership
- Komunikasi Efektif – Jadilah pendengar yang baik dan sampaikan pesan dengan jelas.
- Lead by Example – Jadilah contoh, karena tim cenderung mengikuti tindakan, bukan hanya perkataan.
- Empati – Pahami kebutuhan dan perasaan anggota tim.
- Delegasi yang Tepat – Percayai tim dengan tanggung jawab sesuai kemampuan mereka.
- Adaptif – Fleksibel dalam menghadapi perubahan.
- Berikan Apresiasi – Ucapkan terima kasih atau pujian untuk memotivasi tim.
Tips Mengatasi Masalah Konsistensi
- Buat Prioritas Jelas – Fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
- Rencana Terukur – Pecah tujuan besar menjadi langkah kecil yang realistis.
- Tracking Progress – Catat perkembangan (misal: checklist atau jurnal).
- Accountability Partner – Mintalah rekan atau mentor untuk mengingatkan Anda.
- Refleksi Rutin – Evaluasi mingguan/bulanan: Apa yang berhasil? Apa yang perlu diperbaiki?
Menyelaraskan Perbuatan dan Perkataan
Ini berarti tindakan Anda harus sesuai dengan apa yang Anda ucapkan. Misalnya:
- Jika Anda menekankan “kerja tim itu penting”, tapi Anda sendiri jarang kolaborasi, tim akan kehilangan kepercayaan.
- Jika Anda bilang “kita harus tepat waktu”, tapi sering datang terlambat, pesan Anda jadi tidak berdampak.
Kenapa ini penting?
- Kredibilitas – Leader yang “walk the talk” lebih dihormati.
- Kepercayaan – Tim akan merasa aman dan termotivasi mengikuti Anda.
- Kultur Kerja – Perilaku leader membentuk budaya tim/organisasi.
Cara melatihnya:
- Hindari Janji Kosong – Jangan berkomitmen jika tidak yakin bisa ditepati.
- Selaraskan Nilai & Tindakan – Contoh: Jika Anda nilai transparansi, bagikan update progres secara jujur.
- Minta Feedback – Tanya tim apakah Anda sudah konsisten antara ucapan dan tindakan.
