Jujur, Tulus dan Dapat Dipercaya: Warisan yang Tak Ternilai

Jujur, Tulus, dan Dapat Dipercaya: Warisan yang Tak Ternilai

Di sebuah kampung kecil di kaki Gunung Salak, hiduplah seorang pria tua bernama Pak Darma. Ia bukan orang kaya, bukan pula tokoh masyarakat. Namun, siapa pun yang kau temui di kampung itu akan mengenalnya dengan satu kata: dipercaya.

Pak Darma adalah penjual hasil bumi. Setiap pagi, ia berjalan kaki ke pasar dengan keranjang berisi pisang, sayur mayur, dan kadang-kadang madu dari hutan. Tak ada yang istimewa dari dagangannya. Tapi orang-orang di pasar, bahkan pembeli dari kota, rela menunggu giliran untuk membeli dari Pak Darma. Alasannya sederhana: dia jujur.

Suatu hari, seorang pembeli dari Jakarta datang membawa uang lebih, berniat membeli semua dagangan Pak Darma. Tapi ketika ditanya soal madu, Pak Darma hanya menjawab,

“Yang ini belum waktunya panen, Bu. Kalau Ibu sabar minggu depan, saya bawa yang benar-benar matang dari sarang. Saya tidak ingin jual barang yang belum waktunya.”

Orang-orang di sekitarnya diam sejenak. Mereka tahu, Pak Darma bukan hanya jujur dalam perkataan, tetapi juga dalam perbuatan. Ia hidup dalam keselarasan antara apa yang dikatakan dan dilakukan.

Ketulusan Pak Darma lahir dari perasaan yang penuh kesungguhan, kerelaan, dan keikhlasan. Ia tidak pernah berharap menjadi terkenal. Baginya, senyuman pembeli yang puas dan doa dari pelanggan jauh lebih berharga dari keuntungan besar. Ia selalu berkata kepada anak-anaknya:

“Rejeki itu seperti air. Kalau kita menampungnya dengan wadah yang bersih, ia akan jernih dan membawa manfaat.”

Bukan hanya pembeli, para tetangga pun sering menitipkan uang atau pesan penting kepada Pak Darma. Ia dikenal memiliki integritas yang kuat, konsisten dalam prinsip, dan selalu menjaga hubungan timbal balik yang sehat dengan siapa pun yang ia temui. Bila ia berjanji, maka pasti ditepati. Bila ia diberi amanah, maka akan dijaga sebaik mungkin.

Di hari tuanya, Pak Darma tak mewariskan tanah yang luas atau rumah megah untuk anak-anaknya. Tapi ia meninggalkan sesuatu yang jauh lebih berharga: nama baik.

Anak-anaknya kini tumbuh menjadi orang yang dipercaya di tempat kerja, di lingkungan, dan dalam keluarga. Mereka membawa warisan dari sang ayah: nilai jujur, tulus, dan dapat dipercaya. Sebuah warisan yang tak bisa dibeli, tapi membangun kehidupan yang kokoh.

“Tidak ada warisan yang sekaya kejujuran.”
– William Shakespeare

Roni Rustanto

WRITER
RONI RUSTANTO, CPB
20 JUNE 2025

Roni Rustanto, CPB adalah Agen Properti Independen sekaligus Penulis & Editor di BogorKotaku.com, yang memiliki hasrat mendalam pada cerita-cerita lokal dan membumikan kisah dari Bogor serta sekitarnya.

Tentang Penulis

Saya percaya bahwa setiap tempat punya cerita, dan setiap cerita pantas untuk diabadikan. Melalui BogorKotaku.com, saya merangkai kisah-kisah dari Bogor dan sekitarnya: tentang gaya hidup, sejarah, tokoh lokal, kopi, hingga seni dan budaya.

Tujuan saya sederhana: menyampaikan cerita yang jujur, membumi, dan bisa membangun kedekatan dengan pembaca.

Selain menulis, saya juga agen properti yang aktif membantu keluarga menemukan tempat tinggal terbaik — karena rumah bukan cuma soal lokasi, tapi juga soal harapan dan ketenangan jiwa.

Yuk, kita bertukar inspirasi di @ronirustantorealtor.

 

Related Post "Jujur, Tulus dan Dapat Dipercaya: Warisan yang Tak Ternilai"
Jujur, Tulus dan Dapat Dipercaya.
Jika Ingin Menjadi Pemimpin yang Baik, Jadilah Pembelajar yang Baik.